Banyak orang jadi heran dan terkagum-kagum menyaksikan
keperkasaan negeri Tirai Bambu Tiongkok atau China pada iven olahraga
Negara-negara Asia (ASIAN GAME). Tanpa ampun mereka hampir menyapu bersih
medali pada setiap cabang olahraga yang dipertandingkan. Kedigdayaan para atlit
dari negara panda ini begitu menarik untuk dipelajari apa yang menjadi rahasia
di balik kesuksesan itu.
Sejak Olimpiade Beijing dicanangkan pada 8 Agustus, kalangan
masyarakat mendesak agar tanggal itu dijadikan sebagai hari olahraga nasional
(Haornas) bagi negeri Cina. Niat itu sebenarnya hanya ungkapan kebanggaan atas
Olimpiade pertama di Cina. Pasalnya tanpa adanya Haornas, Cina sudah lebih
matang dalam membangun olahraga.
Sejak peraturan pemerintah Cina
tentang kebugaran fisik diterapkan tahun 1995, program kebugaran fisik nasional
langsung diterbitkan dan menjadi acuan untuk diterapkan terhadap seluruh sektor
kehidupan masyarakat. Hasilnya, di tahun pertama, langsung tercatat 33,9 %
warga yang berusia 7 hingga 70 tahun melakukan aktivitas olahraga secara
reguler. Bahkan, 60,7% warga perkotaan aktif mendatangi klub kebugaran untuk
berolahraga.
Tak mengherankan, di akhir 2005,
37 % dari total penduduk Cina, yang mencapai sekitar 1,5 miliar, rajin
melakukan olahraga rutin. Yang lebih menarik, meski anak-anak Cina masih harus
menghadapi masalah obesitas, 95% pelajar negeri itu punya kebugaran sesuai
dengan standar nasional.
“Kuncinya program ini menekankan
pentingnya olahraga dan kebugaran kepada anak-anak dan remaja yang ada di
sekolah. Kami merangsang setiap anak melakukan satu aktivitas olahraga setiap
hari, belajar tentang dua cara bagaimana menjaga kebugaran dan melakukan tes
kesehatan mereka setiap tahun,” jelas Wu Shaozu, mantan menteri olahraga Cina
yang dikutip dari South China Morning.
Untuk mendukung program kebugaran,
pemerintah Cina membangun banyak gedung olahraga dan stadion. Hasilnya, setelah
15 tahun program berjalan, kini terdapat sekurangnya 620 ribu gedung yang bisa
dipakai siapa pun yang ingin berolahraga. Bahkan, fasilitas juga dibangun di
sekolah, perumahan, apartemen, dan ruang-ruang publik.
Pendidikan dan Kebugaran
Jelas sekali, sektor pendidikan
yang dibangun Cina sejak 1959 tak hanya menjadi sendi pembangunan ekonomi yang
kuat, namun juga menciptakan masyarakat yang sehat. Bahkan, program nasional
kebugaran fisik itu menargetkan pada 2010 sebanyak 40 % penduduk Cina, yang
diperkirakan akan mencapai 1,7 miliar, aktif berolahraga.
Hal itu bukan mimpi. Saat ini,
setiap sekolah memiliki guru olahraga khusus serta fasilitas yang memadai.
Murid yang tidak memenuhi standar kebugaran tidak bisa melanjutkan studi ke
level yang lebih tinggi. Selain itu, pekan olahraga nasional juga digelar pada
setiap musim semi dan gugur. Bahkan, pekan olahraga antar-SMA dan universitas
tingkat nasional yang digelar setiap empat tahun jadi ajang seleksi untuk
memilih para pelajar muda berbakat olahraga untuk dimasukkan ke sekolah khusus
olahraga dan dididik menjadi atlet.
Menyentuhnya olahraga sejak usia
dini di sekolah yang dicanangkan sejak 15 tahun lalu membuat harapan hidup
meningkat 3,25 tahun, dengan rata-rata usia warga Cina mencapai 71,8
tahun.
Hal itu sungguh kontras dengan
indeks kebugaran bangsa Indonesia. Data Sports Development Indeks 2006
menunjukkan kondisi kebugaran masyarakat kita: 1,08% masuk dalam kategori baik
sekali; 4,07% baik; 13,55% sedang; 43,90% kurang; dan 37,40% kurang
sekali.
Survei lain menunjukkan anggota
masyarakat yang melakukan olahraga untuk tujuan prestasi sebesar 7,8%, dengan
kata lain 92,2% anggota masyarakat melakukan olahraga bukan untuk tujuan
prestasi.
Itulah
Cina. Sebelum mereka merencanakan pencanangan Haornas, sejak lama mereka sudah
menjalankan hari-hari penuh olahraga bagi rakyatnya.
(Sumber: Bolanews.com)
No comments:
Post a Comment