1/13/2013

Mengintip Pendidikan Olahraga Negeri Tirai Bambu





Banyak orang jadi heran dan terkagum-kagum menyaksikan keperkasaan negeri Tirai Bambu Tiongkok atau China pada iven olahraga Negara-negara Asia (ASIAN GAME). Tanpa ampun mereka hampir menyapu bersih medali pada setiap cabang olahraga yang dipertandingkan. Kedigdayaan para atlit dari negara panda ini begitu menarik untuk dipelajari apa yang menjadi rahasia di balik kesuksesan itu.
Sejak Olimpiade Beijing dicanangkan pada 8 Agustus, kalangan masyarakat mendesak agar tanggal itu dijadikan sebagai hari olahraga nasional (Haornas) bagi negeri Cina. Niat itu sebenarnya hanya ungkapan kebanggaan atas Olimpiade pertama di Cina. Pasalnya tanpa adanya Haornas, Cina sudah lebih matang dalam membangun olahraga. 
Sejak peraturan pemerintah Cina tentang kebugaran fisik diterapkan tahun 1995, program kebugaran fisik nasional langsung diterbitkan dan menjadi acuan untuk diterapkan terhadap seluruh sektor kehidupan masyarakat. Hasilnya, di tahun pertama, langsung tercatat 33,9 % warga yang berusia 7 hingga 70 tahun melakukan aktivitas olahraga secara reguler. Bahkan, 60,7% warga perkotaan aktif mendatangi klub kebugaran untuk berolahraga. 
Tak mengherankan, di akhir 2005, 37 % dari total penduduk Cina, yang mencapai sekitar 1,5 miliar, rajin melakukan olahraga rutin. Yang lebih menarik, meski anak-anak Cina masih harus menghadapi masalah obesitas, 95% pelajar negeri itu punya kebugaran sesuai dengan standar nasional. 
“Kuncinya program ini menekankan pentingnya olahraga dan kebugaran kepada anak-anak dan remaja yang ada di sekolah. Kami merangsang setiap anak melakukan satu aktivitas olahraga setiap hari, belajar tentang dua cara bagaimana menjaga kebugaran dan melakukan tes kesehatan mereka setiap tahun,” jelas Wu Shaozu, mantan menteri olahraga Cina yang dikutip dari South China Morning. 
Untuk mendukung program kebugaran, pemerintah Cina membangun banyak gedung olahraga dan stadion. Hasilnya, setelah 15 tahun program berjalan, kini terdapat sekurangnya 620 ribu gedung yang bisa dipakai siapa pun yang ingin berolahraga. Bahkan, fasilitas juga dibangun di sekolah, perumahan, apartemen, dan ruang-ruang publik. 
Pendidikan dan Kebugaran 
Jelas sekali, sektor pendidikan yang dibangun Cina sejak 1959 tak hanya menjadi sendi pembangunan ekonomi yang kuat, namun juga menciptakan masyarakat yang sehat. Bahkan, program nasional kebugaran fisik itu menargetkan pada 2010 sebanyak 40 % penduduk Cina, yang diperkirakan akan mencapai 1,7 miliar, aktif berolahraga. 
Hal itu bukan mimpi. Saat ini, setiap sekolah memiliki guru olahraga khusus serta fasilitas yang memadai. Murid yang tidak memenuhi standar kebugaran tidak bisa melanjutkan studi ke level yang lebih tinggi. Selain itu, pekan olahraga nasional juga digelar pada setiap musim semi dan gugur. Bahkan, pekan olahraga antar-SMA dan universitas tingkat nasional yang digelar setiap empat tahun jadi ajang seleksi untuk memilih para pelajar muda berbakat olahraga untuk dimasukkan ke sekolah khusus olahraga dan dididik menjadi atlet. 
Menyentuhnya olahraga sejak usia dini di sekolah yang dicanangkan sejak 15 tahun lalu membuat harapan hidup meningkat 3,25 tahun, dengan rata-rata usia warga Cina mencapai 71,8 tahun. 
Hal itu sungguh kontras dengan indeks kebugaran bangsa Indonesia. Data Sports Development Indeks 2006 menunjukkan kondisi kebugaran masyarakat kita: 1,08% masuk dalam kategori baik sekali; 4,07% baik; 13,55% sedang; 43,90% kurang; dan 37,40% kurang sekali. 
Survei lain menunjukkan anggota masyarakat yang melakukan olahraga untuk tujuan prestasi sebesar 7,8%, dengan kata lain 92,2% anggota masyarakat melakukan olahraga bukan untuk tujuan prestasi. 
Itulah Cina. Sebelum mereka merencanakan pencanangan Haornas, sejak lama mereka sudah menjalankan hari-hari penuh olahraga bagi rakyatnya.
(Sumber: Bolanews.com)

No comments:

Post a Comment